Beirut, ProPublish.id – Iran menyatakan dukungannya terhadap upaya Lebanon untuk menghentikan konflik bersenjata dengan Israel. Pernyataan ini disampaikan oleh pejabat senior Iran, Ali Larijani, di tengah memuncaknya serangan udara Israel di wilayah selatan Beirut, yang menjadi basis kelompok Hizbullah.
Serangan udara Israel pada Kamis (14/11) menghancurkan lima bangunan, termasuk di kawasan Tayouneh, salah satu persimpangan tersibuk di Beirut. Militer Israel mengonfirmasi bahwa target serangan mereka adalah gudang amunisi dan markas Hizbullah, sebagai bagian dari upaya meningkatkan tekanan terhadap kelompok tersebut.
Diplomasi Gencatan Senjata
Upaya gencatan senjata dipimpin oleh Amerika Serikat melalui rancangan proposal yang diserahkan oleh Duta Besar AS untuk Lebanon kepada Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri. Berri, yang dikenal dekat dengan Hizbullah, kemudian berdiskusi dengan Ali Larijani untuk membahas rencana tersebut.
“Kami di sini untuk mendukung solusi terbaik bagi pemerintah Lebanon. Yang menjadi penghambat adalah Netanyahu dan kebijakannya,” kata Larijani, merujuk pada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Pemerintah Iran menegaskan bahwa kunjungan Larijani bukan untuk menggagalkan rencana perdamaian yang diusulkan Amerika Serikat, melainkan untuk mencari solusi yang menguntungkan Lebanon.
Peran Hizbullah dalam Konflik
Hizbullah, yang didirikan oleh Garda Revolusi Iran pada 1982 dan terus mendapat dukungan dari Teheran, tetap menjadi aktor utama dalam konflik ini. Menteri Energi Israel, Eli Cohen, menyatakan optimisme terhadap tercapainya gencatan senjata, meskipun prosesnya diprediksi memakan waktu lama.
Menurut laporan media, Netanyahu menginginkan kesepakatan cepat untuk memberikan pencapaian awal bagi Presiden AS terpilih, Donald Trump, di bidang kebijakan luar negeri. Namun, pemerintahan Presiden Joe Biden terus mendorong langkah diplomatik meski belum membuahkan hasil konkret.
Korban Jiwa dan Tantangan Perdamaian
Sejak konflik kembali pecah pada Oktober lalu, lebih dari 3.380 orang dilaporkan tewas. Meski upaya diplomasi terus dilakukan, jalan menuju perdamaian masih penuh tantangan karena ketegangan antara keduapihak tetap tinggi.